(Menur Lestari)
"Kring...!"
Ujang melihat nomor telepon Mamanya di layar ponsel.
"Halo, Ma."
"Kamu di mana, Jang?"
"Sedang di rumah teman, Ma.“
”Cepat pulang. Adikmu di rumah sendirian. Mama mau ke rumah sakit."
" Siapa yang sakit, ma?"
"Papamu."
Percakapan terputus bersamaan dengan suara sepeda motor yang berhenti di halaman. Ujang membuka pintu. Dion dan Roy datang. Masing-masing menaiki sepeda motor.
"Akhirnya kita bisa minum-minum, Jang." Kata Dion dengan senyum kemenangan sambil mengeluarkan parang yang sudah berlumuran darah dari dalam tasnya.
Ujang mengamati sepeda motor Yamaha warna biru itu dengan hati berdebar. Dia hapal nomor kendaraan tersebut.
"Bangsaat!! Ini motor bokap gue!" Teriak Ujang sambil menghantamkan botol minuman keras tepat di kepala Dion.
(Taipei, 24.06.2015)
Ciuman Terindah
( Uci Zahra)
Mata hazelmu tak berkedip. Sembari berbaring kuelus lembut pipimu. Di kamar ini saksi cinta antara kita selama setahun. Ada yang kurang di tengah romantisnya hubungan suami istri kita. Cahaya mata yang yang dirindukan tidak kunjung tiba.
"Istriku, mereka mengatai dirimu mandul."
Kamu hanya diam menatapku dengan sisa buliran bening di setiap sudut mata. Kutelanjangi dengan pandangan sayu seluruh inci wajahmu. Kukecup lama bibir birumu dan tangan ini menyentuh pelan bekas gorokkan di leher akibat pisau tadi. Semua ini permintaan istri kedua yang ingin menggantikan posisimu untuk memberikan anak.
(24 Juni 2015)
0 comments:
Post a Comment