Tuesday 3 January 2012

Menembus Impian


udara di pagi ini,tak menyurutkan langkah kaki ku yg gontai tak tau arah. ku singgah sejenak di taman,yang penuh dengan anak-anak yang sedang bermain sepeda,tapi mereka tak aq hiraukan. Fikiranku yg sedang kacau seakan menghipnotis akal sehatku. Ya,kini aq tak punya pekerjaan lagi,karena aq baru saja di pecat dengan alasan pabrik yg mempekerjakanku gulung tikar/mengalami kebangkruttan. telah lelah rasanya kaki ini melangkah,sebab belum ada satu pun perusahaan yg menerima lamaran kerjaku. Sedangkan dirumah membutuhkan uang tuk kebutuhan sehari-hari,yg memang menggantungkan semua nya dari uang kiriman dariku. Putus asa rasanya,bingung,kalut,semua bercampur jadi satu. Terlintas memang sebuah pertanyaan itu,haruskah aq akhiri saja semua ini,agar aq tak merasakan beban yg berat ini?! 

Saat semua jalan fikir terasa buntu. Pandanganku tertuju pada satu titik,dimana ada seorang anak kecil yg sedang menangis merasa kesakitan karena terjatuh dari sepeda yang dia coba kendarai. hatiku tergerak tuk menolongnya,ku coba dekati anak kecil itu dengan langkah pasti. Namun langkahku terhenti karena seorang ibu telah menolong nya terlebih dahulu,yang tak lain adalah ibu anak kecil tersebut. Pada saat aq palingkan badan tak sengaja aq mendengar percakapan ibu itu dengan anaknya yang terjatuh tadi. 
"Kenapa kamu menangis,nak?"tanya ibu itu pada anak nya,lalu anak itu pun menjawab..

"lihat bu,,aku terjatuh dari sepeda padahal aku ingin seperti mereka yang bisa dengan mudah nya menjalankan sepeda ini. Padahal aku sudah berusaha terus mencoba tapi selalu terjatuh dan terjatuh lagi,sakit sekali rasanya bu!!".. ibu itu lalu tersenyum dan menjawab nya.

"Anak ku,apakah kamu masih mau mencobanya atau kamu sudah lelah dan tidak mau mencoba lagi karena selalu terjatuh dan merasa kesakitan dan tidak ingin lagi bisa menaiki sepeda seperti mereka?/"

"Aku ingin seperti mereka bu,tapi aku takut terjatuh lagi". Dengan terisak anak itu pun menjawabnya,.

"Ya sudah semua pilihan ada di tangan mu nak,buktikan kalau kamu anak yang pemberani. Jangan fikirkan semua kesengsaraan dalam perjuangan mu,tapi pejamkan matamu maka fikirkan betapa senang nya apabila kamu bisa bermain sepeda dengan mereka". Anak itu pun lalu menurut dan memejamkan matanya. tak berapa lama senyum di bibirnya mulai tersungging lalu dia bangkit dan berkata"aku harus bisa!!"..

Akhirnya anak itu terus berusaha menaiki sepedanya,jatuh bangun tak mengurangi semangatnya. Aku yang sedari tadi memandanginya,merasa penasaran dengan apa yang akan terjadi terhadap anak itu dan sepedanya. Ku terus menanti akhirnya. Selang beberapa jam dan ntah sudah berapa kali anak itu jatuh bangun,akhirnya dia bisa menjalankan sepedanya. Dengan senang hati tanpa menghiraukan betapa sakit  badan nya karena terjatuh dari sepeda,dia mendekati ibu nya.

"Ibu,,ibu,,coba lihat akhirnya aku bisa menjalankan sepeda ini,wah,,akhirnya aku bisa juga bermain sepeda dengan teman-teman ku nanti"?/ 

"Hem,hebat ternyata kamu bisa juga membuktikan kalau kamu tak selemah itu. Akhirnya kamu bisa menaklukan sepeda itu walaw dengan kesakitan yang luar biasa".Tentunya ibu itu berkata dengan wajah yang sumringah dan di tambah lagi ibu itu berkata.

"Anak ku,cobalah kau lihat roda sepeda yang berputar itu. Roda itu di ibaratkan kehidupan ini,dia berputar dan terus berputar kadang di atas kadang pula di bawah. Dan sepeda itu di ibarat kan nasib mu,setiap orang pasti merasakan berada di posisimu di saat belum mampu menjalankan dengan baik sepeda itu tapi dengan tekad yang kuat tuk terus mencobanya dan terus mencobanya tanpa menyerah akhirnya bisa juga seperti kamu menjalankan sepeda itu. Andainya kamu tadi menyerah hanya karena rasa sakit itu mungkin selamanya kamu tak kan bisa menaiki sepeda itu seperti teman-teman mu yang lain dan tak bisa merasakan kepuasaan sebuah keberhasilan". anak itu menganggukkan kepalanya tanda mengerti tentang maksud dari perkataan ibu nya dan berpamitan karena ingin bermain sepeda dengan teman-teman nya yang telah menunggu. Aku yang sedari tadi belum menjauh dari mereka dan mendengarkan semua percakapan mereka berusaha memalingkan pandangan ku ke anak kecil tadi yang sedang bermain sepeda dengan riang gembira. Akhirnya terjawab sudah tanyaku tentang usaha anak kecil itu. Malu rasanya andai aku melemah hanya karena kesulitan ini,sedangkan anak kecil itu walau sesakit apapun yang di terimanya tapi tetap berusaha dan akhirnya berhasil tersenyum bahagia. Mungkin inilah hidup dan sebuah pengorbanan tuk menebus impian. Terlalu banyak nikmat yang telah Allah beri tapi tidak aku syukuri,betapa bodohnya aku yang hanya memandang sebelah mata hidup ini,yang hanya memandang dari sisi kesusahan dan kesulitan tanpa memandang sisi kenikmatan yang begitu berlipat-lipat yang telah Tuhan berikan kepadaku. Semangat 45 keluar nih masa kalah-kalah sama anak kecil ya,hehe,, MET TAHUN BARU,,, CIAYO 


komen:

  • Tina Yanesh ceritanya dah lumayan, EYD masih perlu belajar lagi ^ ^,
    kata KU dibelakang kata kerja disambung, setelah tanda titik awali tulisan dengan kapital/besar, percakapan setelah tanda petik huruf kapital
    akhiran dialoh, titik dulu paru tanda petik,
    semangat terus Isma...^ ^

  • Jay Wijayanti Kata "akhirnya" jangan sering digunakan, kita bisa ambil kata yang lain semacam: kemudian, hingga, meski... dsb, jadi kata "akhirnya" tak diulang beberapa kali untuk mengisahkan kejadian selanjutnya, maaf... sekedar masukan dikiiitt banget.
    Sunday at 01:06 ·  ·  1

  • Jay Wijayanti CIAYOOOOO!!!!!!
    Sunday at 01:16 · 


0 comments:

Post a Comment